Rutin Beristigfar dapat Melembutkan Hati
Hal terbahagia adalah ketika menangis dengan mudah. Dulu hatiku terlalu keras untuk menangis dan mengeluarkan banyak air mata.
Saat di SMA dulu tepat pada detik-detik menjelang ujian nasional, pihak sekolah mengadakan doa bersama. Jadi seluruh murid kelas dua belas diwajibkan untuk menginap di sekolah selama satu malam, pada malam puncaknya, diadakan seminar motivasi dan di akhir seminar diadakan renungan, seperti biasa materi renungannya tentang ibu.
Siapa sih, yang tidak menangis ketika diceritakan tentang perjuangan seorang ibu dari mengandung hingga melahirkan tentu sangat mengharukan dan membuat semua isak tangis memenuhi ruangan yang gelap. Sengaja lampu ruangan dimatikan agar menambah suasana renungan lebih terasa.
Temanku di kanan kiri sudah menangis tersedu-sedu namun aku belum meneteskan air mata. Aku yang menunduk dari awal renungan, berharap air mata itu menetes namun sayangnya, tidak bahkan kata demi kata yang diucapkan oleh motivator membuatku mengantuk. ‘Aku tak bisa seperti ini, aku harus seperti yang lain menangis agar terlihat normal’.
Kucubit tangan agar sakitnya membuat air mana meleleh dan berhasil, tapi air mata itu tak bisa bertahan lama, sedang teman-temanku makin menjadi nangisnya. Ya, sudah dengan posisi menunduk kupejamkan mata dan tertidur.
Pernah juga aku pura-pura menangis saat jurit malam, bukan hanya pura-pura menangis, tapi juga pura-pura ketakutan. Pasalnya saat itu aku dan teman-teman yang mengikuti training organisasi dibawa ke semuah tanah yang menyerupai kuburan, satu orang mendapat mendamping satu kakak tingkat.
Karena aku bukan penakut alhasil aku pura-pura ketakut dan mencengkram tangan kakak tingkat dengan kuat, di sana kakak kating berbicara seperi ‘andai yang di depan ini adalah kuburan dari orang tuamu apa yang harus kamu lakukan’. Kudengar suara teman perempuanku menangis kencang dan aku mengikutinya. Beruntungnya mata ditutup jadi aku tak perlu susah payah untuk mengeluarkan air mata.
Sampai tiba saat aku sadar sepertinya ketidak normalanku benar-benar menyusahkanku untuk perempati. Saat itu aku berpikir apa hatiku terlalu keras hingga kata yang membuat seseorang menangis tidak berfungsi.
Ketika sedang asik menggulirkan layar pada aplikasi Instagram bertemulah aku dengan pemuda tampan ia seorang pendakwah saat itu misinya adalah mengajak para followers-nya beristigfar minimal seratus kali sehari dan dilakukan selama seminggu, setelah seminggu boleh mengirim pesan dampak atau perubahan apa yang terjadi pada diri.
Selama seminggu rutin dan menjadi rutinitas setelah salat. Alhamdulillah hanya melihat seorang anak kecil yang berjualan atau jadi pengamen saja bisa membuat pipiku basah karena haru.
Jadi, cara efektif untuk melembutkan hati adalah dengan beristigfar setiap hari.
Pernah ada kejadian saat sedang mengunjungi rumah yang pemiliknya ada seorang laki-laki yang dengan ikhlas menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak kurang mampu. Di sana beliau bercerita tentang seluk-beluk dirinya untuk membantu anak-anak yang putus sekolah ini.
Kisah pejuangan hidupnyalah yang begitu luar biasa, saat itu tak dapat ku bendung air mataku seketika tumpah dengan mudahnya. Rupanya menjadi seorang yang cengeng atau mudah tersentuh lebih melegakan dibanding susah menangis.
Cibitung, 16 Agustus 2020
Nulisbareng/putrizaza