Aktor Korea

PERJUANGANKU MELEPAS OPPA oleh Putri Zaza

PERJUANGANKU MELEPAS OPPA

Berawal dari teman sekolah yang menyukai drama Korea dan musiknya yang biasa disebut K-pop. Hampir setiap hari ia membicarakan tentang alur cerita di drama dan ketampanan cowok Korea dengan histeris, aku yang belum terpapar virus tersebut menganggap dia aneh dan super lebay.

Hingga pada akhirnya aku mencoba menonton salah satu drama berjudul “Dream High” yang ditayangkan di TV pada tahun 2012. Drama tersebut menceritakan tentang kisah-kisah yang dihadapi oleh murid-murid di sekolah musik, mulai dari persahabatan, percintaan hingga pertengkaran. Ketertarikan mulai muncul dan berakhir dengan mengkoleksi satu demi satu drama Korea. Aku mulai mengerti kenapa temanku betapa tergila-gila dengan cowok Korea. Mereka tampan, sangat menarik dan memanjakan mata.

Hingga di semester lima aku kuliah berhasil mengumpulkan puluhan drama Korea dengan berbagai genre rasanya seperti sesuatu yang membanggakan saat itu.

Saat kuliah ada beberapa temanku yang sangat fanatik dengan K-Pop (saat ini aku belum menyukai K-Pop hal ini masih sangat aneh) hampir setiap duduk di samping mereka. Mereka selalu mebicarakan anggota dari boy grup favorit mereka. Hebatnya mereka seperti sangat mengenal dengan baik si Oppa-oppa yang tak dapat digapai ini. Pembicaraan mereka layaknya obrolan remaja yang sedang naksir temannya.

Di tahun 2015, akhirnya aku tahu penyebab mengapa mereka seperti itu. Hal-hal yang membuat mereka terlihat dan terdengar aneh. Tepat di tahun ini aku terjangkit virusnya dan menjadi bagian dari mereka. Ya, menjadi aneh.

Hampir setiap hari seusai kuliah aku mencari tempat paling uenak di kantin untuk streaming MV (musik video) dari boy atau girl grup yang melakukan comeback (mengeluarkan single atau album), aku pun memiliki bias yaitu Kai EXO, Suzy Miss A, Taecyeon 2PM, Yoona SNSD, Siwon Super Junior, IU dan masih banyak lagi. Selain streaming MV aku juga biasanya berjam-jam duduk di kantin ditemani gorengan bude dengan drama favorit dari jam 12 siang hingga jam 5 sore.

Sesampainya di rumah tak lupa aku melanjutkan sisa episode sampai selesai. Episode selesai pindah ke drama yang lain, ya begitu terus tanpa bosan dan jenuh karena pada saat itu hiburan yang paling mengasyikkan hanya itu.

Hampir semua K-Poper bangga kalau beli barang berbau Korea atau yang ada tulisan hangul atau made in Korea. Mmm… Berlebihan, ya? Tapi, memang begitu.

Sampai akhirnya kata-kata polos nyeletuk dari adikku, “Mbak, kalau suka sama orang kafir, kan, nanti ikutan kafir, kata ustaz Abdul Somad.”

Kata-kata seperti ini aja bisa menyakiti hatiku saat itu lebih tepatnya enggak terima. ‘Masa iya, cuma ngefans sampai bisa ikutan kafir, lantas gimana dengan yang suka film bollywood, hollywood, anime dan sebagainya’. Ya, begitulah selalu mencari pembenaran.

Di tahun 2019, Alhamdulillah aku bisa terlepas dari dunia per-koreaan. Bagaimana caranya?

Awalnya dari rasa kepo yang mendalam, ‘apa benar menyukai orang kafir akan menjadi kafir?’

Kutanyakan pertanyaan ini ke beberapa teman yang paham agama dan ke ustaz dan ustazah. Ya, rata-rata menyuruh kita agar lebih menjadi kan panutan seseorang yang seiman agar dapat menolong kita di akhirat nanti. Namun sayang, belum sampai menyentuh hati.

Rasa ingin tahu yang belum terpenuhi malah semakin menjadi-jadi. Hingga Allah mempertemukan dengan akun Instagram @fuadhnaim, pemilik akun ini mantan anak K-Pop garis keras dan sekarang menjadi penceramah dan mengajak semua muslim dan muslimah sadar dari pengaruh K-Pop.

Beliau juga menulis buku berjudul ‘Pernah Tenggelam’ yang isinya pengalaman hijrahnya. Dari buku ini akhirnya aku tersadar bahwa lebih baik dan akan sangat baik mengidolakan seorang yang mampu menolong kita di Yaumil akhir yaitu Rasulullah SAW.

Ada salah satu video beliau mengisi ceramah yang membuatku makin sadar dan melek.

“Saya ngebayangin besok kalau di akhirat saya akan menghampiri Rasulullah.
‘Rasulullah, saya umatmu ya, Rasulullah,’
lalu Rasulullah bilang, ‘coba bacain ayat Quran dikit ajah,’
‘enggak hapal, Rasul,’
‘coba bacain hadits-hadits Nabi, sedikit ajah,’
saya mundur perlahan, ‘enggak hapal, Rasul,’
‘terus kamu umatku dari mananya? Yang kamu hapal apa?’
‘saya hapal lagu-lagu Korea, saya hapal nama oppa-oppa,’
‘kamu enggak tahu kisah-kisah perjuangan saya?’
‘enggak,’
‘terus kamu umatku dari mananya?’
lalu Rasulullah pun pergi, lalu saya berteriak, ‘mana nih, oppa-oppa yang saya bangga-banggakan yang 24 jam saya sebut-sebut namanya, saya hapal lagunya, saya tonton filmnya, tolong, dong, selamatin saya udah mau masuk neraka, ni,’
dan satu-satunya yang bisa menolong saya, saya kecewakan, saya sakiti hatinya dia sudah pergi. Rasulullah.”

Apalah arti mengejar dunia jika tujuan kita ke akhirat. Dunia fana sedang akhirat kekal selamanya. Masih mau terjerat dengan ilusi dan kesenangan dunia?

Cibitung, 13 Juni 2020

Nulisbareng/putrizaza

0Shares

One comment

Tinggalkan Balasan