Menjadi Orang Tua Melek Digital? Penting Banget!
Oleh: Emmy Herlina
“Sophia, ini, gurunya sudah kasih info tugas hari ini, Nak. Ayo dikerjakan, ya,” pintaku pada si sulung sembari membuka laptop hendak mengerjakan tugasku sebagai editor sekaligus penulis. Sophia meraih ponselku yang sudah kubukakan pada dokumen tugasnya di grup whatsapp SD. Untuk ukuran anak berusia 8 tahun, Sophia sudah piawai menggunakan gadget.
Karena harus fokus pada tugasku sendiri, maka kubiarkan dia mengerjakan tugasnya sendiri. Hitung-hitung supaya melatih si sulung mandiri, ya kan.
Sekitar 15 menit kemudian ….
“Ayo, Sophia, sudah sampai nomor mana, Nak?”
Diam-diam kutangkap pancaran matanya yang seolah terpergok. Lalu kulihat bukunya yang masih kosong melompong, belum ada satu nomor pun yang dia kerjakan.
“Aduh, Nak. Dari tadi ngapain aja?”
Sophia tersenyum, “main game, Ummi,” jawabnya polos.
Ada yang familiar dengan ceritaku di atas? Atau pernah mengalami sendiri?
Salah satu efek dari pandemi bagi orang tua yang memiliki anak usia sekolah adalah perubahan sistem belajar anak, dari yang sebelumnya kegiatan belajar mayoritas diadakan di sekolah, kemudian semua dialihkan di rumah. Akibatnya? Tentu saja, orang tua kudu mendampingi anak belajar. Apalagi kalau anak masih usia dini, seperti Sophia, putri sulungku yang saat ini duduk di kelas 2 SD.
Sebenarnya, Sophia belum memegang gadget sendiri. Jadi, semua materi pembelajaran melalui ponselku. Terlebih papanya anak-anak yang bekerja di luar kabupaten sehingga keberadaannya di rumah sangat jarang, pulang seminggu sekali. Akulah sebagai ibu pekerja dan tidak mengenal Work from Home semasa pandemi, yang full menemani daring anak-anak.
Tak dipungkiri, begitu banyak tantangan yang kuhadapi selama proses pendampingan ini. Dari mulai masalah kuota dan jaringan yang harus selalu lancar jaya, tugas-tugasku yang kadang menumpuk hingga tak maksimal dalam proses pendampingan, hingga kejenuhan anak-anak yang seringkali menjadikan mereka tak berhasil mengumpul tugas tepat waktu.
So, mendampingi anak daring? Yay or nay?
“Lo, kok, gitu? Mendidik anak kan sejatinya memang tugas orang tua, Say. Aku sih, yes!” Barangkali ada yang berpendapat demikian.
Namun, jangan lupa! Orang tua juga manusia biasa, Say. Terlebih tidak ada tuh, yang namanya sekolah menjadi orang tua. Serta tidak ada yang memprediksi bahwa akan ada pembelajaran daring seperti yang berlaku saat ini. Semua serba mendadak.
Makanya, penting banget tuh, orang tua mendidik diri sendiri dulu, sebelum mendidik anak. Caranya dengan belajar. Salah satu usahaku adalah dengan mengikuti event webinar Parents Update, bertajuk “Jadi Parents Melek Digital Ala Gen Z”. Acara yang berlangsung via Zoom ini, pada hari Sabtu lalu, tanggal 20 Maret 2021, jam 13.30 s.d. selesai, diselenggarakan oleh SMA Pintar Lazuardi. Kita ngulik beberapa info, yuk. Karena sangat dibutuhkan orang tua zaman now.

Menjadi orang tua masa kini di era digital memang menjadi tantangan, betul enggak? Sebab kita mau tak mau, kudu mengikuti arus perkembangan teknologi dalam mendampingi anak belajar. Tekadang kita sering melupakan, bahwa ‘mendampingi bukan berarti memerintahkan’.
Pengaruh dari pandemi yang berefek anak-anak melakukan pembelajaran melalui daring menuntut kita, para orang tua mendampingi anak secara ekstra. Betul? Di sinilah kita diharuskan untuk mau belajar bersama mengenal berbagai aplikasi digital. Enggak bisa tetap bertahan jadi orang tua gaptek, kita harus belajar!
Nah, ternyata anak-anak kita memang membutuhkan orang tua yang update, sehingga saat ini orang tua kudu menjadi teman menjelajahi dunia secara digital, bukan orang tua yang kudet (kurang update) yang malah cuma bisa menyalahkan ketika anak pegang smart phone.
Coba kenali dulu gaya komunikasi anak kita yang lahir di era digital, seperti apa pola bermain, pola belajar, dan pola bersosialisasi. Dipikir-pikir semua tidak luput dari teknologi, bukan? Generasi Z berkembang dan bertumbuh dalam lingkungan teknologi, maka sebagai orang tua kita memiliki kontribusi dalam memperkenalkan dengan gadget pada anak. Jangan lupa, kita sebagai orang tua harus tetap mendapinginya. Ingat, anak akan bangga sama orang tua yang update bukan yang kudet. Sampai di sini setuju?
Begitu menariknya kata pembuka yang dibawakan oleh Ibu Dya Loretta, SE., M. Ikom, CSP, CPM, membuatku fokus memperhatikan. Iya sih, ya. Anak-anak kita kan, generasi Z, tak bisa menerapkan pola asuh seperti orang tua jadul. Kita enggak boleh kalah update sama anak sendiri.
Kemudian diinfokan Data Tren 10 Profesi Masa Mendatang yang diminati Generasi Z. Bisa teman-teman lihat sendiri pada gambar di bawah ini, ya.

“Jadi, udah bukan zamannya lagi, cita-cita tuh harus jadi dokter, jadi polisi, dan macam-macam pekerja kantoran, Justru kebanyakan yang menjadi ketertarikan anak adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan digital. Memang masih ada yang menjadi ketertarikan anak, seperti praktisi medis. Yang bisa jadi dipengaruhi juga oleh efek pandemi yang sedang terjadi, sehingga pekerjaan dokter, dan profesi nakes lainnya, masih menjadi panutan, karena menolong sesama. Selebihnya? Cita-cita kemudian bergeser menjadi Youtuber, Content Creator, dan lainnya. Kita sebagai orang tua, selayaknya mendampingi anak mencapai cita – cita mulianya.”
Luar biasa sekali acara webinar ini dengan pembicara yang bisa membawakan secara antusias. Sehingga ilmu menjadi lebih mudah diserap. Selain Ibu Dya, juga ada Ibu Inayah Sri Wardhani dan Ibu Fiki Maulani. Pembelajaran melalui daring yang merupakan imbas dari pandemi, justru menjadikan pelajaran sendiri bagi orang tua, bahwa memang inilah wajah generasi zaman now. Tidak bisa tidak. Semua kudu melek digital.
Aku pribadi juga baru menyadari, ternyata anak-anak sudah bisa diarahkan sedari dini, untuk mencapai cita-citanya, yang mayoritas seperti yang dikatakan Ibu Dya, tidak jauh-jauh dari dunia digital. Hal ini diakui sendiri oleh peserta yang mayoritas, anak-anaknya juga bercita-cita menjadi Youtuber bahkan ada yang ingin buat game dan aplikasi sendiri di gadget. Itulah generasi Z, mereka bisa menjadi menteri untuk dirinya sendiri. Mereka butuh tempat menyalurkan kreativitas yang tinggi, sehingga tidak lagi terbatas pada pendidikan formal.
Bicara tentang pendidikan, tadi kan sudah sedikit kusinggung, tentang SMA Pintar Lazuardi yang menjadi penyelenggara webinar kece ini. Dijelaskan juga oleh Ibu Sonya Sinyanyuri selaku kepala sekolah SMA Pintar Lazuardi. Simak, yuk.
SMA PINTAR LAZUARDI-BLENDED LEARNING HIGH SCHOOL mulai beroperasi sejak tahun 2021-2022 sebagai pengembangan dari sekolah Lazuardi Group.
Sekolah online, khususnya untuk universitas dan SMA, tampaknya akan menjadi trend sekolah alternatif yang tak terhindarkan. Lazuardi konsisten akan ikut serta memberikan kontribusi pada sistem pendidikan di negeri kita, dengan menyelenggarakan SMA Blended Learning tanpa meninggalkan kreativitas secara optimum.
Caranya dengan menambahkan aktivitas hands on mandiri siswa lewat project based learning. Juga dukungan Learning Management System (LMS) yang diberi nama Pintar.

SMA PINTAR LAZUARDI-BLENDED LEARNING HIGH SCHOOL menggabungkan antara kegiatan tatap muka dan pembelajaran online dengan prosentase pembelajaran online lebih besar. Kegiatan tatap muka akan dilakukan seminggu sekali di sekolah home based. Kegiatan tatap muka difokuskan untuk:
- pembentukan karakter,
- pengembangan keterampilan sosial,
- coaching tentang karir,
- kegiatan praktikum yang tidak dapat dilaksanakan melalui kegiatan pembelajaran online.
Untuk peserta didik yang berasal dari wilayah yang belum tersedia sekolah home based, kegiatan tatap muka akan digantikan dengan program pengayaan dan coaching yang dilakukan secara online.
Kurikulumnya apa saja, sih? Aku juga jadi kepo. Hihihi. Lanjut bacanya, ya.
Kurikulum di SMA Lazuardi mengacu pada kurikulum Nasional yang sedang berlaku diperkaya dengan konten kurikulum dari berbagai negara dan kurikulum keahlian.
VISI : Masyarakat berbudaya luhur berlandaskan kebaikan welas asih, dan kebahagiaan spiritual.
MISI : Menggali dan mengembangkan potensi setiap individu dalam menciptakan perbaikan kehidupan.

LEARNING MANAGEMENT SYSTEM. Apa itu?
Pedagogical Intelligence Architecture (PINTAR) adalah sebuah strategi pedagogi (pembelajaran) yang diterapkan melalui sebuah Learning Management System (LMS) online yang memperhatikan keterikatan antara peserta didik dengan proses pembelajaran melalui feedback process.
PINTAR (Pedagogical Intelligence Architecture) adalah LMS pendukung pembelajaran online di SMA Pintar Lazuardi yang didukung oleh aplikasi yang canggih yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja.
Wah, aku juga baru tahu. Ternyata Pintar, merupakan singkatan dari sebuah sistem canggih yang diterapkan sekolah ini. Ini dia penjelasan lebih lanjut:
KEUNGGULAN LMS PINTAR
- MULTIPART berarti materi disampaikan dalam bagian-bagian kecil dan dipilih hanya materi fundamental dari sebuah mata pelajaran. Upaya ini dimaksudkan agar mudah dipahami secara mandiri oleh siswa.
- FEEDBACK SYSTEM akan memastikan peserta didik terlibat aktif, berinteraksi, saling memberi dan menerima umpan balik (feedback) untuk efektivitas belajar, mengetahui capaian hasil belajar, terbentuknya komunitas belajar, mendokumentasikan portofolio yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
- DIFFERENTIATED LEARNING Dimulai dengan diagnostic assessment, sehingga dapat memandu learning path yang akan dilalui siswa dari urutan materi dan memungkinkan siswa memiliki tahapan belajar yang berbeda.
- LEARNING PATH peserta didik akan memililki ‘jalur/peta’ untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kemampuan dan tujuan pembelajaran.
- MULTI-FRIENDLY CONTENT Materi dan media pembelajaran dikemas dalam beragam bentuk sesuai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Disajikan sedemikian rupa sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
- GAMIFICATION Pembelajaran online juga mempertimbangkan kesenangan dan keseruan. Ini dilakukan dengan menambahkan unsur games dalam pembelajaran.
Menarik sekali ya, SMA Pintar Lazuardi. Sekolah yang sangat update seperti ini, tentunya tidak akan kelabakan ketika masa pandemi seperti yang berlaku sekarang ya. Karena memang sudah menyesuaikan para siswanya dengan teknologi zaman now. Luar biasa!
Ternyata, banyak sekali ya, ilmu yang kudapatkan dalam kurun waktu kurang dari tiga jam. Terutama aku jadi memiliki cara pandang baru, dalam menemani anak belajar daring. Apalagi kedua anakku (Sophia dan adiknya, Farris), anak-anak kinestetik, yang memang harus menemukan posisi nyamannya selama belajar. Karena memang, di sesi tanya jawab, aku sempat menanyakan perihal anak-anak kinestetik ini, yang ternyata tak hanya diriku yang mengalaminya. Sah-sah saja, bagi anak-anak untuk menemukan posisi nyamannya dalam belajar. Asal diingatkan batas waktunya, supaya disiplin juga.
Ibu Fiki, sempat menjelaskan juga, bahwa beliau pernah membiarkan anak mengalami sendiri dampak dari tidak selesainya tugas tepat waktu. Jadi, bukan orang tua yang harus cerewet mengingatkan, ya. Sekali-sekali, anak dilatih supaya paham risiko.
Tak lupa, aku juga mengungkapkan tentang kendala orang tua bekerja dalam mendampingi anak daring. Kata Ibu Dya dan Ibu Inayah, ternyata, memang di mana-mana kendala orang tua bekerja itu sama. Tetapi bisa diatasi dengan kerjasama yang baik dengan gurunya, misalkan minta kemudahan untuk curi start agar tugas anak bisa dikerjakan di waktu luang orang tua. Karena memang pendampingan anak-anak ini harus ada. Anak-anak tidak boleh dilepas.
Terimakasih SMA Pintar Lazuardi yang telah menyelenggarakan acara keren ini. Siapa tahu, anakku berjodoh sekolah di sana kelak. Yihaaa!
Siapa tahu, di antara para pembaca juga ada yang tertarik, bisa langsung menghubungi IG SMA Pintar Lazuardi dan fp SMA Pintar Lazuardi, ya.
(Emmy Herlina)