Dokter Meninggal

Catatan Hati Seorang Suami Oleh Siti Rachmawati M.

Catatan Hati Seorang Suami
Oleh: Siti Rachmawati M.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Bunda, kekasih hatiku.
Hemmm … Bunda, sebenarnya aku bingung, mau mulai dari mana nulisnya. Karena sebenarnya begitu banyak hal yang ingin kusampaikan padamu. Saat Bunda menerima dan membaca coretan ini, mungkin aku sudah tidak bisa lagi mengelus perutmu yang buncit.

Aku takkan bisa menemani Bunda kontrol lagi, bahkan mungkin takkan bisa melihat saat dedek lahir untuk melihat dunia dan menghirup udara yang pertama kali. Aku takkan pernah bisa melantunkan azan di telinga kanan dan iqamat di telinga kirinya. Ah, mungkin aku sudah tidak bisa melakukan itu semua Bunda.

Maafkan aku ya? Maafkan atas semua kekuranganku dan ketidakberdayaanku saat ini.

Bunda, belahan jiwaku.
Aku mohon maaf jika selama ini begitu banyak salah padamu. Jauh di lubuk hati yang paling bening, tak pernah tebersit sedikit pun untuk “menduakanmu”. Membagi cintaku padamu dengan pekerjaan.

Aku tahu, saat-saat seperti ini, Bunda pasti membutuhkan perhatian, kasih, sayang dan cinta. Namun negeri ini membutuhkanku, Bunda. Rumah sakit di mana selama ini aku dan kawan-kawan mengais rezeki, membutuhkan uluran tangan kami.

Bunda, mohon dan tolong jangan pernah marah padaku ya? Karena aku tak berdaya dengan semua ini. Kasihan mereka, orang-orang yang terpapar corona. Mereka benar-benar butuh perawatan medis.

Bunda, pujaan hatiku.
Hari ini adalah hari ke-17 aku tidak bisa melihat wajahmu yang berseri saat tersipu malu. Aku tak bisa mendengar suara merdumu saat melantunkan ayat suci Alquran. Aku tak bisa menikmati masakanmu yang lezat.

Ah, Bunda aku ka-ngeeennn … banget. Aku kangen dan rindu ingin pulang ke rumah. Aku ingin menikmati makan sahur dan berbuka bersamamu. Kita menunaikan salat berjamaah di rumah. Kita menikmati semua berdua denganmu dengan hati ikhlas. Iya, hanya berdua di rumah kita yang mungil.

Eh, tahu ndak, Bunda? Kadang-kadang aku iri dengan mereka yang bekerja bukan sebagai tenaga medis. Karena menurutku istilah WFH (Work from Home), justru menguntungkan mereka. Semua pekerjaan di-handle secara online.

Mereka juga semakin erat dan dekat dengan anggota keluarga yang lain. Mereka bisa bertemu dan berkumpul setiap saat dan setiap hari. Tidak seperti aku di sini, Bunda.

Bunda, penyemangat hidupku.
Aku ada sedikit cerita tentang kondisiku di sini ya, Bun. Beberapa hari yang lalu, ada seorang pasien yang positif terkena virus corona. Karena beberapa kawan sudah kelelahan, maka aku yang mengambil alih.

Sebenarnya aku sendiri juga sudah merasa letih yang amat sangat, Bun. Namun, demi melihat kawan-kawan yang tampak kelelahan. Maka aku berusaha menangani pasien itu. Awalnya dia tidak mengakui kalau dia sudah positif. Setelah kudesak, akhirnya dia mengakui. Sebuah pengakuan dan kejujuran yang terlambat.

Ternyata belakangan diketahui kalau pasien tersebut sudah Imported Case, yaitu orang yang positif terkena virus corona Covid-19 yang baru pulang dari luar negeri. Setelah kupaksa, dia mengakui kalau dia TKW yang dipulangkan dengan paksa oleh pemerintah Korea. Sejak ada interaksi dengan pasien tersebut, badanku terasa semakin lemas, mudah capek, sering batuk, dan sesak napas. Suhu tubuhku sering di atas normal.

Bunda, bidadari surgaku.
Hari ini entah hari ke berapa. Aku sudah tak ingat semuanya. Aku pun sudah tak mampu mengingat apa-apa lagi. Maafkan aku ya, Bun. Lebaran ini aku tak bisa mengantarmu pulang mudik ke desa. Aku tak bisa menemani melihat bebek berbaris di sepanjang pematang sawah atau berebut bulir padi kemudian kita mengambil telur yang bertebaran.

Aku juga tak bisa menemani Bunda melihat mentari pagi dan menghirup segarnya udara pegunungan sembari berpegangan tangan. Bunda, rasanya aku sudah tak bisa bertahan lebih lama lagi.

Mungkin sekarang saatnya Allah Azza Wa Jalla memanggilku untuk “pulang”. Tugasku sudah selesai, Bun. Biarlah diteruskan oleh mereka yang masih di sini.

Peluk cium dari jauh untuk Bunda tersayang. Kan kutunggu Bunda di pintu surga firdausi. Selamat tinggal, Bun-da-ku ….

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Grobogan, 4 Mei 2020
Baca juga https://parapecintaliterasi.com/seandainya-para-pekerja-wfh-work-from-hospital-kelelahan-oleh-emmy-herlina/


Jumlah kata : 605 kata
Nulisbareng/Siti Rachmawati M.

PF :
Untuk para pahlawan (dokter, perawat, tenaga medis dan yang lain) yang telah gugur dalam menjalankan tugas selama masa pandemi virus corona Covid-19 ini. Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kalian dan semoga husnul khatimah. Semoga Allah bukakan semua pintu surga untuk kalian. Aamiin Yaa Rabbal’alamiin.

0Shares

4 comments

  1. Iya, Mbak. Saya juga sedih. Apalagi saat ingat ada jenazah nakes yang ditolak warga. Hingga akhirnya dimakamkan di pemakaman rumah sakit di mana dia bekerja 😭

Tinggalkan Balasan